259 research outputs found

    Tri Rismaharini's Androgynous Leadership: Strategizing “Hegemonic Masculinity”i

    Full text link
    This paper analyses the leadership style of Tri Rismaharini, the Mayor of Surabaya City (2010-2020) using feminist research methodology by centralizing on women‟s personal experiences in a specific context to gain knowledge based on their real life experiences. It employed a qualitative approach by using various videos and written materials of Risma‟s attitudes and experiences as a female political leader. The findings discover that unlike the common feminine leadership style of Indonesian female political leaders, Risma‟s shows a masculine leadership style. It can be seen from her assertive approaches while closing down Gang Dolly located in Surabaya as the biggest red-light district in Southeast Asia. Interestingly, Risma‟s masculinity is combined with motherly value which results in an androgynous leadership style. This paper shows that rather than merely accepting the western notion which believes that the more a woman shows masculinity, the more she hits the ground running for exercising power in the male-dominated political atmosphere. This paper would like to show that Javanese society‟s acceptance of Risma‟s leadership style indicates their approval for female leadership and wider tolerance towards new value of masculinity performed by a female leader despite inconsistency with the gender normative standard of feminine Javanese women. This paper concludes by emphasizing that Risma‟s masculine leadership traits can be seen as strategizing a move towards hijacking “hegemonic masculinity”

    Female Leadership and Democratization in Local Politics Since 2005: Trend, Prospect, and Reflection in Indonesia

    Full text link
    Analisis dan refleksi mengenai perkembangan demokratisasi di Indonesia pasca-OrdeBaru (setelah lengsernya Suharto sejak Mei 1998) dapat ditinjau dari perkembangandemokratisasi di tingkat lokal. Kebijakan desentralisasi baru, khususnya mengenaimekanisme pemilihan kepala daerah secara langsung (pemilukada langsung) sejaktahun 2005, merupakan salah satu rangkaian demokratisasi di tingkat lokal. Tulisanini menganalisis demokratisasi di tingkat lokal, khususnya melihat dampak pemilukadalangsung terhadap peran politik dan kepemimpinan perempuan. menganalisis tatacara pemilihan kepala daerah sesuai ketentuan UU No. 32/2004 dan data jumlah kandidat perempuan yang mencalonkan diri dalam pemilukada langsung sejak tahun 2005memberikan gambaran tren, karakteristik, dan prospek kepemimpinan perempuanyang muncul di tingkat lokal. Analisis terhadap tren dan karakteristik kepemimpinan perempuan di tingkat lokal sebagai dampak positif demokratisasi di Indonesiamerefleksikan pemahaman baru tentang peran agama (khususnya Islam), gender, danhubungan kekerabatan (familial ties) sebagai faktor penting yang ditemukan dibalikfenomena politik tersebut

    Media Audio Visual Sebagai Sarana Pengenalan Ekspresi Emosi

    Full text link
    Media can be exploited for various purposes, and each media has its specificcharacteristics for specific purposes. The messages of emotional expression throughaudiovisual media can be one means to recognize the competencies of individuals inidentifying the emotional expression. The emotional expression is defined as a patternformed in the facial expression in relation to the types of emotion perceived. There are fourtypes of emotional expressions including feelings of anger, sadness, happiness, and scare.This research was aimed at developing instruments to recognize the emotional expressionsby using audio visual media.Subjects involved 32 graduate program students of Faculty of Psychology, Gadjah MadaUniversity, Yogyakarta. Data were collected by using rating scale to recognize the emotionalexpression(feelings of angry, sad, happy, and scary). Quantitative analysis were used in thisresearch with the result of assessment on raters' responses as additional data. The results ofraters' average assessment showed that the scenes 1 and 13 indicated the highest score forthe expression of angry feeling, the scenes 10 and 14 indicated the highest score for theexpression of sadness, scenes 11 and 15 the highest score for the expression of happiness,and scenes 8 and 12 the highest score for the expression of scare. The fragments of thescenes were able to be exploited as instruments successfully passed the selection to recognizethe emotional expression

    Pengaruh Terpaan Pemberitaan Kekerasan Pelajar terhadap Tingkat Kecemasan Pelajar

    Full text link
    PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN PELAJAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PELAJARPENDAHULUANPemberitaan yang akhir – akhir ini banyak diberitakan oleh media adalah mengenai kekerasan pelajar di sekolah. Pemberitaan media mengenai kekerasan pelajar sendiri tidak lepas dari meningkatnya jumlah kekerasan di lingkungan dan kejadiannya tidak hanya pada saat masa orientasi, melainkan sepanjang tahun dengan berbagai modus, intensitas, dan pelaku. Data yang dirilis KPAI (Komisi perlindungan Anak Indonesia) menunjukkan bahwa 1.2026 responden, 87,6 persen anak mengaku pernah mengalami kekerasan di lingkungan sekolah. Dari persentase itu, 29,9 persen kekerasan dilakukan guru, 42,1 persen oleh teman sekelas, dan 28,0 persen oleh teman lain kelas. Kasus yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, berupa kekerasan kepada adik kelas dan tawuran pelajar antarsekolah mendapat perhatian dari masyarakat luas tidak terkecuali oleh pelajar itu sendiri. Baik pelaku maupun sasaran kekerasan oleh pelajar sama – sama dalam posisi sebagai korban. Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat jumlah kasus tawuran antarpelajar pada semester pertama tahun 2012 meningkat dibandingkan dengan kurun yang sama tahun lalu. Ketua Umum Komnas Anak Arist Merdeka Sirait menyatakan sepanjang enam bulan pertama tahun 2012 lembaganya mencatat ada 139 kasus tawuran pelajar, lebih banyak dibanding periode sama tahun lalu yang jumlahnya 128 kasus. Menurut data yang diperoleh dari layanan pengaduan masyarakat Komnas Anak tersebut, dari 139 kasus tawuran yang kebanyakan berupa kekerasan antarpelajar tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas itu 12 diantaranya menyebabkan kematian. Secara keseluruhan layanan pengaduan masyarakat Komnas Anak menerima 686 pengaduan kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah.Media massa dengan gaya pemberitaan yang berbeda antara media satu dengan yang lain saling berlomba dalam memberitakan peristiwa kekerasan pelajar untuk menarik perhatian masyarakat tidak terkecuali bagi pelajar itu sendiri. Pemberitaan kekerasan pelajaryang diberikan oleh media massa menimbulkan efek yang berbeda pada masing – masing khalayak yang mengkonsumsinya. Hampir sepanjang waktu mereka diberi informasi mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar mulai dari pemukulan, pengerusakkan, perkelahian antar pelajar yang terkadang berakhir dengan pembunuhan.Pemberitaan berita kriminal mempunyai tipologi yang berbeda – beda, ada yang menampilkan langsung korban dan pelaku ada yang tidak, bahkan ada media yang memberitakan proses terjadinya kriminal secara terperinci dengan pola investigasi dimana hal ini bertujuan untuk menarik perhatian dari khalayak (Kuswandi, 2008:50). Berita kekerasan pelajar termasuk dalam kategori berita kriminal, maka berita – berita kekerasan pelajar yang ada di media massa mengikuti penyajian berita kriminal pada umumnya. Berita kekerasan tersebut diberitakan oleh media dengan pola yang dapat menyebabkan rasa simpati terhadap korban, bahkan bisa berwujud perasaan ngeri akibat efek dramatisasi sehingga menjadi hal yang wajar jika para pelajar tersebut merasakan kengerian ketika mereka mengkonsumsi berita kekerasan pelajar tersebut.Penelitian ini termasuk dalam tipe eksplanatif, dimana penelitian ini merupakan penelitian dengan menghubungkan atau mencari sebab akibat antara dua atau lebih variabel yang diteliti. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terpaan pemberitaan kekerasan pelajar (X) yang berpengaruh terhadap variabel terikat, yaitu tingkat kecemasan pelajar (Y). teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Kultivasi / Cultivation Theory, Teori Penguatan / Reinforcement Theory, Teori Ketergantungan / Depedency Theory.PEMBAHASANPada penelitian ini hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian di lapangan melalui 76 responden yang berprofesi sebagai pelajar SMA, menunjukkan bahwa berapapun tingkat terpaan pemberitaan mengenai kekerasan pelajar tingkat kecemasan yang mereka rasakantermasuk dalam kategori tinggi. Terpaan pemberitaan kekerasan pelajar merupakan faktor yang menimbulkan kecemasan bagi pelajar namun bukan menjadi faktor satu – satunya yang menjadikan pelajar tersebut menjadi cemas. Faktor – faktor yang mempengaruhi khalayak dalam menerima efek media ini meliputi organisasi personal psikologis individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta pengalaman, kelompok sosial dimana individu menjadi anggota, dan hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi (Rakhmat, 2004:204). Sedangkan kecemasan yang timbul di diri pelajar terhadap kasus kekerasan pelajar yang banyak terjadi di kalangan pelajar saat ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu : faktor pribadi, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan kelompok sebaya, faktor lingkungan sekolahTerpaan pemberitaan kekerasan pelajar yang tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kecemasan pelajar membuat hasil penelitian tidak sesuai dengan Teori Ketergantungan (Depedency Theory). Pada teori ini dijelaskan bahwa semakin orang menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya, maka semakin penting peran media dalam hidup orang tersebut, sehingga semakin besar pengaruh yang dimiliki media. Namun dalam perkembangannya, khalayak semakin kritis dalam menerima berbagai informasi yang diberikan oleh media. Mereka membutuhkan media dalam mencari berbagai informasi mengenai apa yang terjadi di sekitar mereka namun dalam menerima pesan di media informasi tersebut akan disaring, dipikirkan, dan dan dipertimbangkan apakah mereka mau menerima pesan dari media massa tersebut atau tidak. Walaupun peristiwanya sama namum pelajar akan menanggapi secara berbeda – beda, sesuai keadaan diri mereka masing – masing. Secara psikologis pelajar mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya atau dapat dikatakan bahwa pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Seperti dijelaskan dalam Teori Pengolahan Informasi individu bekerja bagai biokomputer yang rumit, dengan kapasitas dan strategi pengelola informasi tertentu.Teori ini menggunakan analogi mekanis untuk menggambarkan dan menafsirkan bagaimana individu mengambil dan memaknai banjir informasi yang diterima indera masing – masing setiap saat setiap harinya (Baran, 2010:311). Setiap hari pelajar terekpos dengan berbagai informasi mengenai kekerasan pelajar dalam jumlah yang besar oleh media massa, mereka menyaring berbagai informasi sehingga hanya sebagian kecil saja yang mencapai pikiran sadar mereka. Hanya sebagian kecil saja dari informasi tersebut yang menarik perhatian dan diproses sehingga hanya menyimpan sedikit informasi ini dalam memori jangka panjang. Khalayak bukanlah seorang penerima ataupun penghindar informasi, namun mereka telah membangun mekanisme canggih untuk menyeleksi informasi yang tidak penting atau tidak berguna.Teori Pengolahan Informasi memiliki potensi yang besar untuk mengeksplorasi beragam konten di media. Bagaimana pelajar merangkai kemampuannya dalam merangkai kemampuan kognitif alamiah mereka untuk memahami dan menggunakan berbagai konten di media. Pelajar yang merupakan usia peralihan dimana awalnya terpesona dan ketakutan oleh pemberitaan kekerasan yang diberikan oleh media pada akhirnya membuat pembedaan yang kompleks terhadap apa yang diberitakan. Pelajar mulai mengerti bahwa pemberitaan kekerasan pelajar yang diberitakan oleh media tidak selalu seperti fakta yang ada, dengan pengemasan berita yang berlebihan mereka tidak akan langsung menerima segala informasi yang diberikan. Ketakukan dan kecemasan terhadap kekerasaa pelajar tidak langsung muncul setelah mereka mengkonsumsi pemberitaan di media.PENUTUPKesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian ini tidak terbukti, yaitu tidak ada pengaruh antara terpaan pemberitaan kekerasan pelajar terhadap tingkatkecemasan pelajar. Berapapun terpaan pemberitaan kekerasan pelajar (X), tingkat kecemasan pelajar (Y) tergolong tinggi hal ini disebabkan oleh beberapa faktor lain yang turut memengaruhi hasil penelitian mengenai pengaruh terpaan pemberitaan kekerasan pelajar terhadap tingkat kecemasan pelajar. Beberapa faktor lain tersebut antara lain seperti faktor pribadi, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan kelompok sebaya, dan faktor lingkungan sekolah.Saran•Media dalam memublikasikan berita mengenai kekerasan pelajar lebih memperhatikan peraturan yang ada, agar tidak sekedar melihat sisi komersilnya saja namun juga dapat menjadi sumber informasi dan juga pembelajaran bagi masyarakat. Media massa memiliki tanggung jawab sosial bagi masyarakat untuk ikut mendidik anak bangsa.•Pihak sekolah dapat membentuk hubungan secara egaliter (setara) dan tidak ada keharusan penghormatan secara berlebihan baik antarpelajar, termasuk dengan guru agar tidak terjadi penghormatan berlebihan dari yunior kepada senior yang mengarah pada tindakan bullying yang banyak terjadi di lingkungan sekolah.•Pelajar adalah kalangan muda yang memiliki energi besar, namun kurikulum pendidikan tidak mampu menampung kekuatan tersebut. Energi pelajar yang besar itu seharusnya disalurkan oleh sekolah secara proporsional. Jika pelajar hanya dituntut secara kognitif dalam kurikulum, mereka tentu kesulitan menyalurkan kelebihan energinya dalam hal-hal lain yang positif akhirnya terjadilah kekerasan dan tawuran.•Orangtua dapat menciptakan komunikasi yang baik dengan anak agar mereka dapat menceritakan apa yang mereka rasakan dan alami ketika berada di lingkungan sekolah. Sehingga orangtua dapat memperhatikan pergaulan anak dengan kelompokteman sebayanya di lingkungan tempat anak menimba ilmu maupun tempat mereka bermain.DAFTAR PUSTAKABaran, Stanley J & Dennis K. Davis. (2010). Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan (Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future). Jakarta: Salemba Humanika.Effendy, Onong Uchjana. (1990). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Hernandez, Roger E. (2005). Remaja & Media. Bandung: PT Intan Sejati.Javanovich, Harcourt Brace. (1993).Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.Kriyantono, Rachmat. (2008). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.Kuswandi, Wawan. 2008. Komunikasi Massa (Analisis Interaktif Budaya Massa). Jakarta: Rineka Cipta.Littlejohn, Stephen W & Karen A Foss. (2008). Theories of Human Communication. 9th Edition. Belmont: Thomson Wadsworth.McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.Morissan. (2010). Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.Nurudin. (2010). Kutu – Kutu Media: Seksualitas dalam Globalisasi Media. Yogyakarta: Mata Padi Presindo.Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Psikologi Komunikasi: Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Risnawita, S & M.Nur Ghufron. (2011). Teori – Teori Psikologi. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.Sarwoko, Bambang. (1989). Konsep Dasar: Pendidikan Luar Sekolah. Semarang: IKIP Seamarang Press

    nfluence of Creativity, Self Efficacy, and Social Skills Toward Performance of Banking Employees

    Get PDF
    In the era of the Covid-19 pandemic, creativity, self-efficiency and employee social skills are urgently needed. This objective is to determine and analyze creativity, self-efficacy, and social skills on the performance of employees of Bank Muamalat Cabang Balai Kota. The population in this study may be 59 employees. This research is descriptive with a quantitative approach. The technique used in the organization and data is multiple linear regression. The results showed that based on the simultaneous test (F-test), it shows that creativity, self-efficacy, and social skills have a significant effect on the performance of employees of Bank Muamalat Cabang Balai Kota. Then based on the partial test (t-test) shows that each variable creativity, self-efficacy

    Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang 2011-2031 (Studi Kasus Penataan Ruang Kawasan Simongan)

    Full text link
    Landscaping area is the process of spatial planning and space utilization to control the development of the region. Spatial planning Semarang itself is set in Semarang City Regional Regulation No. 14 of 2011 on Spatial Planning Semarang City Year 2011-2031. Implementation of these regulations is difficult to do, as it happens in Simongan Region, District of West Semarang. Simongan region is mentioned as a settlement area of allotment, the trade and services and not as an industrial area. But in fact there are 12 companies located in the region. There is resistance from employers, factory workers and the public against this policy because the policy had an impact on the social and economic fields. Hampered by the problem of financial resources. However Semarang City Government still taking action to not issue a business license for industry in Region Simongan industry for entrepreneurs willing to relocate. There are several factors that affect the implementation of this policy, the resources, the strategy of implementing actors, characteristics of institutions and authorities, public response and target groups as well as compliance with the target group. It should be done reexamining the region by involving community, business, academia and experts structuring policy space in order to be accepted by all parties and in accordance with the existing problems at the site

    Pengaruh Studi Bayangan Matahari Sebagai Salah Satu Penentu Orientasi Fasad Objek Dan Konsep Penataan Massa Terhadap Pemilihan Tipe Tanaman Dalam Vertical Urban Farming Company

    Full text link
    Vertical Urban Farming sebagai solusi pertanian yang tidak lagi mendatar, yang menggunakan ruang cukup dengan tetap menjaga kualitas produk menggunakan teknologi dan life cycle pada energi dan unsur lain, mencoba menjadi satu oase kesegaran baru ditengah hiruk pikuk kota. Jalan Tunjungan sebagai kawasan yang strategis dengan segala potensi menjadi lokasi yang tepat yang berada dipusat kesibukan kota, namun lokasi lahan yang berada pada pertengahan dua kontradiksi konteks yang berbeda, Kota Lama di lingkungan sekitar objek dan kemodernisan objek itu sendiri yang akan menjadi bangunan hijau futuristic dengan banyak unsur teknologi di dalamnya. Namun tidak hanya itu, beberapa bangunan tinggi juga berdiri tegak di sekitar objek. Hal ini membuat objek menjadi sulit dalam menentukan orientasi yang tepat agar mendapatkan sinar yang cukup mengingat objek adalah model pertanian vertikal yang masih membutuhkan banyak cahaya matahari agar proses tumbuh di dalam objek bisa bekerja dengan maksimal.. Sehingga dengan menganalisa beberapa kemungkinan yang terjadi, dengan menggunakan metode desain proses diharapkan objek dapat terbangun dengan posisi dan orientasi yang tepat

    Pemanfaatan Layanan Metadon Bagi Pengguna Napza Suntik di Puskesmas Gedongtengen YOGYAKARTA

    Full text link
    Utilization of Methadone Services for Injecting Drug Users in Puskesmas Gedongtengen Yogyakart;. Methadone is a form of harm reduction drug to HIV and AIDS in IDUs. The purpose of this study to examine the use of services by IDUs in health centers metodon Gedongtengen. Design research with a qualitative approach, sampling with purposive sampling, informants consisted of four people. Data collection with in-depth interviews, analysis of the data by the method of thematic content analysis. The results all informants routinely utilize methadone to come directly to the clinic, have less knowledge about methadone, methadone positive attitude toward service in health centers, easy access to methadone services, special elbow room available for methadone clients, All informants stated need of methadone based because they want to quit drug use
    • …
    corecore